Rihlah di Bedugul


Kupacu mobilku ketika waktu menunjukkan pukul 16.30 WITA, Sabtu sore, ketika mentari telah sedikit tergelincir ke barat dan sinarnya yang kekuningan menyilaukan, menusuk mata melalui kaca depan mobilku. Meluncur menuju bedugul, untuk sebuah momen weekend yang telah direncanakan beberapa hari sebelumnya, bersama istri tercintaku dan buah hati kita berdua.
Siangnya, kusempatkan diri untuk sekadar browsing, mencari-cari penginapan yang kira-kira cocok suasananya untuk melepas malam. Sebuah hotel menarik perhatianku setelah googling agak lama. Enjung Beji Resort, sebuah hotel yang terletak persis di pinggir Danau Beratan, objek wisata yang sangat terkenal di bedugul itu.
Satu hal yang sedikit merisaukan hatiku pada saat itu adalah apabila resort tersebut telah terisi penuh. Ya, yang penting sampai di bedugul dulu. Apabila ternyata resort tersebut sudah terisi penuh, aku akan mencari hotel lain yang berada di sepanjang bedugul. Apabila tidak menemukan kamar kosong, paling parah, aku dan keluarga akan kembali ke Denpasar, malam itu juga.
Alhamdulillah, sesampainya di Enjung Beji Resort, masih terdapat beberapa kamar yang kosong. Segera aku booking sebuah kamar, yang terletak kurang lebih 50 m dari pinggir danau. Agak lumayan sih rate-nya, namun hal itu sesuai dengan apa yang kami dapatkan. Sebuah kamar yang terkesan tradisional modern, dengan ruang yang cukup lapang untuk tiga orang. Fasilitas air panas pun tersedia. Ya, hal ini perlu diperhatikan apabila kita berwisata ke bedugul, karena sudah hampir dapat dipastikan, dinginnya udara akan menusuk tubuh. Oh ya, satu hal lagi mengenai kamarnya, setelah aku perhatikan, kamar tersebut terletak di atas kolam. Kesan terapung sepertinya ingin ditampilkan di resort ini.

Masjid di atas bukit
Adzan maghrib menyadarkan kami akan tugas dan kewajiban yang telah menunggu. Setelah mengendarai mobil kurang lebih sepuluh menit, sampailah kami pada sebuah masjid yang terletak di atas bukit, di dusun Candi Kuning. Bedugul sendiri sebetulnya terletak di atas bukit, namun masjid ini, terletak lebih ke atas. Bertarung melawan hawa dingin yang menusuk, kami langkahkan kaki setapak demi setapak menaiki tangga untuk menuju masjid, karena di sini mobil di parkir di bawah dan harus berjalan kaki untuk menuju masjid. Sebuah masjid yang sangat besar, dengan menara yang terpancang ke atas tiba di hadapan kami. Jangan heran ya! Dusun Candi kuning yang masuk wilayah kelurahan Baturiti (kalau gak salah ya!) memang mayoritas penduduknya muslim. Sehingga berbeda dengan Denpasar, apabila telah datang waktu sholat, adzan akan berkumandang dan terdengar dari berbagai sudut dusun ini. Semenit kemudian, kami berdiam dalam kenikmatan khusyu', bersama warga masyarakat di sekitar masjid, menikmati undangan dari Rabb yang Maha Agung.
Satu hal yang membuat saya salut, meskipun weekend, pemuda-pemudi di dusun ini tidak berkurang semangat untuk belajar mengaji. Lima belasan pemuda-pemudi, dibimbing seorang ustadz, duduk melingkar mengumandangkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Tak peduli dengan hawa dingin yang menusuk. Tak peduli dengan malam minggu yang datang.

Kuliner
Dikarenakan mayoritas penduduknya muslim, tidak susah di daerah bedugul ini mendapatkan makanan yang Insya Allah "Halal". Berbagai restoran dan warung terbentang di sepanjang danau, dengan nama-nama khas yang dengan menutup mata pun, kita bisa melihat bagaimana kehalalan restoran atau warung makan tersebut. Barokah, Ash-Shidiq, dll, sebuah nama yang diadopsi dari kebudayaan muslim tersebar di sana. Satu hal lagi, yang ini umum terjadi di Bali, apabila kita memasuki sebuah restoran, jangan sungkan-sungkan untuk bertanya, "Adakah sertifikat Halalnya?" Pertanyaan semacam ini sudah biasa dilayangkan apabila kita memasuki sebuah restoran. Dan Insya Allah, orang-orang di sini sudah paham tentang pertanyaan tersebut. Dan apabila kita masih ragu, jangan sungkan pula meminta untuk diperlihatkan sertifikat tersebut, karena biasanya, sertifikat ini dipajang di tempat-tempat yang mudah untuk dilihat.

Hawa dingin yang menusuk
Sebagaimana umumnya dataran tinggi, memasuki malam hari, hawa dingin akan semakin kencang menusuk tubuh. Berjalan-jalan menyusuri kawasan resort, jaket terus aku kenakan. Dengan penerangan yang minim, ditambah hawa dingin yang terus menusuk, akhirnya kami memilih untuk tinggal di dalam kamar. Waktu telah menunjukkan pukul 21.00 WITA. Meskipun tidak sedingin di Telaga Sarangan (hmmm.... jadi kepikiran masa lalu yang begitu indah bersama mantan pacarku, yang sekarang telah menjadi istriku :)), tetap saja hawa dingin menusuk tubuh. Berkali-kali aku bercanda dengan anakku untuk mematikan AC. "Orang gak ada AC-nya Pa!", katanya.
Selimut tebal dan bad cover menjadi kewajiban membalut tubuh, ditambah dengan celana panjang dan kaos kaki. Sebelumnya, juga telah berendam dengan air hangat. Sekali-kali aku coba untuk mengeluarkan tanganku dari selimut, ternyata, brrr.... dinginnya minta ampun.

Indahnya Ciptaan Allah
Sinar mentari menerobos melalui celah-celah pepohonan, membubarkan kumpulan embun pagi hari yang dingin dan menggantinya dengan kehangatan alam. Setelah mandi dan berkemas, kami bergegas melangkahkan kaki menuju tepi danau, untuk menikmati sarapan dan indahnya danau yang terbentang luas di bumi Allah ini. Hmm.... bayangkan, sarapan di pinggir danau di pagi hari sambil menikmati roti bakar dan omelette. Alhamdulillah, kenikmatan ini datangnya darimu ya Allah. Anak kami yang masih kecil pun tidak ketinggalan menikmatinya.
Melayangkan pandang seluas batas, akan tampak ayat-ayat Allah yang begitu mempesona. Subhanallah. Rimbunnya dedaunan di hutan yang tercetak hijau di atas sana, desir air yang terwadahi dalam waduk yang tak pernah surut, kencangnya hembusan angin yang memetik dawai-dawai alga di permukaan air, udara dingin segar yang terembus di bawah pohon tempatku duduk, sinar mentari yang segera menghangat tubuh, dan sejuta kenikmatan lain yang dicipta oleh Allah untuk manusia. Subhanallah.
Di tempat ini, ada sebuah tempat yang cukup menarik untuk dijadikan sebagai objek pengambilan foto. Apabila sempat ke bedugul, jangan berhenti hanya di objek Danau Beratan-nya saja. Naik sedikit dari arah danau, kita akan berjalan di jalan raya persis di pinggir danau. Kurang lebih 10 meter setelah melewati masjid, di sebelah kanan jalan terdapat sebuah objek wisata yang disebut sebagai taman bunga. Di pinggir danau di belakang taman bunga ini, terdapat meru (semacam pura dengan atap bertumpuk yang sangat tinggi), yang apabila kita berpose di depannya, akan tampak bahwa kita benar-benar berada di Bali. :D



Sebuah pengalaman yang luar biasa telah Allah anugerahkan untukku dan keluargaku. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah.

posted under | 3 Comments

Mengeset ukuran kertas pada CorelDraw X3

Mumpung ingat, sekalian posting.
Untuk membuat sebuah brosur, terkadang kita menggunakan ukuran kertas yang, kalau boleh aku bilang, tidak normal. Tidak normal di sini, berarti ukuran yang tidak umum digunakan oleh desainer (amatir mungkin ya). Sebagaimana aku sendiri, sering menggunakan ukuran kertas yang agak-agak aneh, yang penting tujuan awal dari bentuk yang aku inginkan tercapai. Seperti sekarang membuat brosur dengan ukuran kertas 50 x 20 cm lipat tiga.
Nah, pada beberapa program seperti Corel, hal ini akan menjadi masalah pada saat kita hendak mencetaknya. Biasanya, ukuran kertas default pada printer adalah letter atau A4. Kita harus mengubah ukuran kertas ini sebelum mencetaknya ke printer. Jika tidak, sebagian dari desain kita akan hilang.
Untuk mengubah ukuran kertas pada printer, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Supaya desain yang akan tercetak pada printer bisa kita lihat di layar monitor, lebih baik desain tersebut kita print preview dulu. Klik File -> Print Preview.



Gambar sebelum ukuran kertas diubah


2. Kemudian, klik pada Print Option (lihat gambar)



3. Setelah muncul kotak dialog Print Option (seperti gambar di bawah), klik pada properties.



4. Kemudian, klik pada tab Page Setup (Saya menggunakan Canon iP1880, jika menggunakan printer lain, pilih pada ukuran kertas sesuai dengan pilihan yang ada pada printer tersebut). Pilih Page Size. Pada drop down-nya, pilih Custom.



5. Setelah itu akan muncul kotak dialog ukuran kertas. Isikan sesuai dengan ukuran kertas yang Anda inginkan. Sepertinya untuk ukuran kertas ini, harus sedikit mengingat matematika ya, karena biasanya ukuran mm, jadi yang ukuran cm harus dikonversi ke mm dulu. :D



6. Klik tombol OK 3 kali.

7. Tampilan pada print preview akan seperti ini, dan siap dicetak.



posted under | 1 Comments

Kembali ke ... Printer Canon


Akhirnya, setelah melupakan printer canon sekian lama, hari ini aku kembali lagi menggunakannya. Canon iP1880. Sebelumnya sempat ber-"carut-marut" dengan printer Epson, terutama untuk print dalam jumlah yang besar. Ternyata, Canon masih lebih handal dalam hal kecepatan.
Ditambah lagi, Canon tidak membutuhkan "replace ink cartridge" seperti pada Epson C90 yang sebelumnya aku pakai. Memang pada Canon, setelah beberapa lembar printing, akan ada jeda waktu kurang lebih 2-3 detik untuk mempersiapkan dirinya menge-print kembali. Akan tetapi, ini yang sebetulnya aku cari, KECEPATAN. Luar biasa kecepatannya.
Sempat nyesel juga sih, kenapa dari kemarin-kemarin tidak berpaling ke Canon. Ya, karena termakan oleh omongan teman, yang mengatakan bahwa printer Canon apabila dimodifikasi, akan banjir di bagian bawahnya (gabus, tempat untuk menampung tetesan tinta). Akan tetapi, sekali lagi ini yang aku butuhkan, KECEPATAN. Printer Canon jauh lebih cepat mencetaknya daripada Epson, meskipun dalam mode full colour, standard.
Awalnya tidak sengaja melihat kecepatan printer Canon. Ceritanya, seorang customer membeli printer Canon dan minta sekalian dipasangkan di kantornya. Ternyata, setelah dites, aku sendiri terkagum-kagum dengan kecepatan cetak printer ini. Dan, jadilah, aku ambil Canon, dimodifikasi, dan dipakai untuk cetak brosur.
Tapi ada satu kelemahan memang yang terdapat pada printer Canon ini, yaitu tidak bisa menyimpan ukuran kertas secara langsung. Sehingga apabila kita menggunakan ukuran kertas yang ukurannya "tidak normal", kita harus mengeset dulu ukuran kertas tersebut pada saat pertama kali hendak menge-print. But that's not a big problem. Yang penting kecepatan cetaknya. :D

posted under | 2 Comments

Ayat-Ayat Cinta


Menonton film Ayat-Ayat Cinta memberikan sebuah hikmah kepadaku tentang indahnya Islam mengatur hubungan antara laki-laki dan wanita. Memberikan hikmah tentang indahnya Islam mengatur tata cara dan pola hubungan "perkenalan" antara laki-laki dan wanita yang akan menikah, atau yang lebih dikenal dengan Ta'aruf.
Pada masa sekarang ini, proses ta'aruf mungkin sudah banyak dilupakan oleh kalangan kaum muslimin. Isu-isu kesetaraan gender, pengaruh-pengaruh dari peradaban barat yang jahil, telah menyeret pemuda-pemudi Islam untuk lebih menuruti hawa nafsunya daripada mengikuti tata cara yang telah diajarkan oleh Islam. Maksud saya di atas, proses ta'aruf yang sesuai dengan nilai islami, bukan seperti yang dilegalkan pada saat ini, yaitu pacaran.
Sebagaimana kita lihat dalam film tersebut (meskipun ini hanya film, mungkin bisa terjadi di kehidupan nyata ya!), Fahri yang soleh, yang berusaha untuk mengikuti tata cara Islam, pada akhirnya mendapatkan seorang istri yang: "cantik, berkecukupan materi, taat, dan selalu berkomitmen untuk menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya". Pria mana yang tidak ingin mendapatkan istri "sempurna" seperti itu?
Lebih jauh lagi, saya terngiang dengan "surat cinta" yang diberikan Naura kepada Fahri.

Wahai orang yang lembut hatinya
Sudah lama aku selalu mengecap pahit
kelam oleh penderitaan
Aku tiada siapa pun kecuali Allah di hatiku
Tapi kau datang dengan cahaya
Aku ingin menjadi yang halal bagimu
Yang kan kau kecup keningnya
Kau hapus airmatanya

Coba kita garis bawahi dua kalimat berikut:
Aku tiada siapa pun kecuali Allah di hatiku, dan
Aku ingin menjadi yang halal bagimu

Dua kalimat di atas menunjukkan bagaimana seharusnya seorang laki-laki dan perempuan berhubungan menurut tata cara Islam, yaitu sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, dan hanya akan berhubungan dengan cara yang "halal". Halal di sini menyangkut banyak faktor yang harus diperhatikan.
Yang juga diangkat dalam film ini, adalah "pelurusan" opini publik terhadap masalah poligami. Tetapi saya tidak akan membahas permasalahan ini, karena sekali lagi saya tegaskan, saya bukan pelaku poligami, dan sampai saat ini belum terpikir (atau mungkin belum mampu ya!) untuk berpoligami. Coba baca artikel saya yang berjudul "Mengapa Pria Berpoligami".
Subhanallah, Islam memang begitu indah. Apalagi jika kita sebagai pengikutnya "kaffah" melaksanakan segala perintah Allah dan Rasul-Nya. Insya Allah.

posted under | 0 Comments

Mengapa Pria Berpoligami?


Dalam sebuah kesempatan berbincang dengan teman, muncul sebuah pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah aku sangka. Kenapa pria berpoligami? Hmm... Pada saat itu aku cuman jawab: "apa ya?", sambil (sedikit) berusaha untuk mengalihkan pembicaraan ke arah lain. Karena terus terang, aku sendiri sebenarnya tidak tahu apa motivasi seseorang melakukan poligami. Karena aku bukan pelaku, dan untuk sementara ini (atau mungkin selamanya ya), tidak terpikir untuk berpoligami.
Terus terang, pertanyaan ini terus bergelayut di dalam otakku. Aku sendiri kemudian bertanya kepada diriku sendiri, seandainya saat ini, waktu ini, aku berpoligami, apa yang mendasariku untuk melakukan hal tersebut. Setelah lama merenung (hmm....) ternyata kudapatkan jawaban yang aku sendiri terkejut dengan jawaban tersebut. Hawa Nafsu.
Ya, apabila saat ini aku berpoligami, tak lain dikarenakan hanyalah hawa nafsu. Munafik apabila aku jawab aku berpoligami karena Allah dan Rasul-Nya, karena untuk menjalankan perintah-perintah lainnya aja, aku masih belum bisa. Sholat aja, sampai sekarang masih belum bisa benar-benar connect dengan sang Khalik.
Seperti yang aku bilang di atas, mungkin (sekali lagi mungkin, dan kayaknya ini kemungkin besar, 99% persen deh) selamanya aku tidak berpoligami. Bukan karena aku menolak poligami, namun karena aku kagum akan pengorbanan dan kesetiaan serta komitmen istriku selama ini. Dia wanita hebat, terhebat untukku. Rela melakukan apa pun untukku. Ya apa pun! (tentunya yang masih dalam koridor syar'i ya, Insya Allah). Sering aku bertanya kepadanya: "Kenapa sih kok baik sekali terhadapku?", Dijawab dengan senyumnya, "Ya, karena aku cinta padamu!".
Cinta. Hmm.... kata-kata yang mudah sekali diucapkan, namun memerlukan pengorbanan dan air mata untuk membuktikannya. Tapi, bukti itu telah diperlihatkan istriku. Semakin lama semakin nyata, seiring waktu yang berjalan. Tak pernah sekalipun, selama aku hidup dengannya, dia marah kepadaku. Mungkin, menurutku, 1000:1 wanita yang seperti dia. Ah, tidak, mungkin 1.000.000.0000.0000:1.
Pernah juga suatu waktu aku bertanya kepada istriku, "Ma, kalau aku tidak punya apa-apa, apakah engkau masih tetap akan mencintaiku?" Tanpa berpikir panjang, dan sepertinya jawaban itu sudah terpatri di dalam hatinya, "Aku mencintaimu bukan karena apa yang kamu punya, aku mencintaimu karena memang aku cinta padamu. Apapun keadaannya." Hmmm... Hebat bukan!
(bersambung, Insya Allah)

posted under | 0 Comments
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda