Waterpass


Hari Sabtu kemarin, aku sempatkan untuk melihat tukang yang mengerjakan lantai di depan rumah. Ya, karena ketambahan satu anggota kendaraan baru, terpaksa harus merelakan sedikit taman di depan rumah untuk diurug dengan semen dan pasir, supaya bisa dipakai sebagai tempat parkir dan tidak tergenang pada saat musim hujan nanti. Sayang juga sebenarnya. Setelah bersusah payah menumbuhkan rumput di taman depan rumah, sekarang harus diurug dengan luluh semen. Semoga kemanfaatannya lebih besar daripada kemudharatannya.
Ada sesuatu hal yang menarik yang aku perhatikan dari pekerjaan mereka. Setelah selesai meratakan tanah - yang menurutku juga masih tidak rata :D - mereka "memaku" beberapa tiang bambu (kecil seukuran 1,5 jariku kira-kira) pada keempat ujung area yang akan disemen. Dari keempat tiang bambu tersebut akan ditarik benang sebagai panduan untuk meratakan luluh (semen dan pasir yang telah dicampur dengan air). Nah, di sini pikiranku berputar. Bagaimana cara memastikan area lantai rata pada saat disemen nanti? Karena seperti yang aku bilang di atas, tanah yang dipakai sebagai dasar, menurutku masih belum rata dan tidak mereka ratakan. Apabila digunakan meteran, tentu ketebalan antar area yang disemen tidak sama, sehingga nantinya lantai yang terbuat tidak rata.
Di sinilah sebuah "keajaiban" terjadi. Ajaib karena tidak diperlukan meteran dan tidak diperlukan angka untuk menyama ratakan area yang akan disemen. Sebuah alat sederhana yang masih menggunakan teknologi purba digunakan (aku sebut sebagai teknologi purba karena alat ini sudah digunakan sejak dulu). Waterpass. Sebuah alat sederhana yang hanya terdiri dari sebuah selang berdiameter kecil dengan air di dalamnya. Dengan alat inilah mereka mengukur kerataan lantai yang akan dibuat.
Konsepnya sederhana. Pertama, pada salah satu tiang yang telah dipancangkan, dibuat sebuah acuan ketinggian. Setelah itu, menggunakan waterpass tersebut, air yang berada pada ujung selang yang satu (A) diratakan dengan acuan ketinggian yang telah dibuat. Sedangkan pada ujung lainnya (B), ditempelkan pada tiang bambu pada salah satu sudut lainnya, kemudian ditandai. Setelah keempat tiang bambu tersebut ditandai, ditarik benang yang menghubungkan masing-masing sudut. Dengan acuan benang itulah mereka kemudian menyemen lantai, dan hasilnya rata.
Subhanallah, Allah yang Maha Kuasa menciptakan air dengan segala sifatnya, yang memudahkan manusia untuk berkarya.

posted under | 0 Comments

Antara Islam dan Rasio


Dalam sebuah kesempatan, sebelum sholat Ashar, sempat berdiskusi dengan seseorang yang tidak aku kenal sebelumnya. Ia menyatakan tentang kerasionalan Islam. Islam itu rasional, begitu katanya. Namun, yang membuat aku sedikit kaget, kata-kata selanjutnya dari dia, yang menyatakan bahwa Al-Qur'an itu tidak lengkap. Buktinya, di dalam Al-Quran tidak disebutkan di mana Adam diturunkan setelah "diusir" dari Surga. Kemudian, dia beranggapan bahwa, Islam adalah agama yang diturunkan kepada Rasulullah saja. Sedangkan sejak Nabi Adam, agama yang ada bukan Islam namanya. "Itu pemikiran JIL pak," ungkapku seraya pergi karena saat itu adzan Ashar telah berkumandang.
Ada hal yang berkecamuk dalam pikiranku. Hari gini masih ada saja orang yang berpikiran sempit seperti itu. Setelah merenung dan berpikir, akhirnya aku mencapai kesimpulanku sendiri tentang pernyataan-pernyataan tersebut.

1. Tentang Rasionalitas Islam

Perlu dicatat sebelumnya, betul bahwa Islam adalah agama yang rasional dalam konteks "muamalah". Segala sesuatu yang ada di alam ini, semua kejadian yang kemudian ditemukan oleh ilmu pengetahuan akhir-akhir ini, segala bentuk kehidupan yang diteliti oleh pakar di masa sekarang, semuanya sudah disebutkan oleh Al-Qur'an 14 abad yang silam. Padahal, pada saat itu, jangankan pesawat ulang-alik yang membawa astronot ke Mars, teropong pun belum ada. Inilah bentuk kerasionalan Islam. Pada saat orang-orang berpandangan bahwa bumi itu bentuknya datar seperti piring, atau pada saat orang-orang berpandangan geosentris, bahwa bumi yang menjadi pusat dari tata surya ini, Al-Quran telah menyebutkan dengan jelas segala sesuatu yang faktanya kita ketahui hari ini. Rasionalitas Islam akan selalu "match" dan tidak berseberangan dengan ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh para pakar. Apabila bertentangan, berarti para pakar itulah yang keliru, yang belum menemukan fakta sesungguhnya tentang penciptaan Allah.
Namun dalam konteks ibadah, menurut saya, Islam tidak bisa dikatakan sebagai agama yang rasional. Apabila Islam dikatakan sebagai agama yang rasional, maka tidak diperlukan keimanan untuk meyakini Islam sebagai Dienul Haq. Tidak diperlukan dakwah, karena seluruh ummat manusia dengan sendirinya akan meyakini kebesaran Allah SWT. Mengapa demikian? Karena, menurut saya, akal atau rasio manusia itu terbatas, sedangkan kemahakuasa-nya Allah tidak terbatas. Diperlukan adanya iman itu, karena akal manusia "tidak sampai" untuk menggapai ilmunya Allah yang Maha Tinggi. Sedangkan apabila manusia semakin berusaha untuk menggapainya, maka kemudian yang akan timbul adalah syirik (ungkapan ini dikatakan oleh Bapakku).

2. Bahwa Al-Quran tidak lengkap dan nama Islam itu hanya untuk Rasulullah SAW

Menurut saya, ini hanya akal-akalan kaum rasionalis untuk menyesatkan kaum muslim. Pada haji wada'nya Rasulullah, Allah telah memfirmankan dalam QS5 Al Maidah:3: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Dengan pernyataan Allah seperti itu, secara langsung maupun tidak langsung, Al-Quran itu telah lengkap, telah sempurna, sebagaimana sempurnanya Islam. Adapun nama Islam, Allah telah menyatakan bahwa Islam itu sudah ada sejak dahulu kala. Hal ini tercermin dalam QS. Al Hajj (22): 78.
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik- baik Penolong.

Dengan ayat tersebut, telah jelas dan tidak perlu dijelaskan lagi tentang nama Islam itu.

posted under | 1 Comments
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda