Exploitasi "Konsep Ibadah"
Menurut saya, ada kecenderungan yang mengakibatkan lembaga-lembaga (bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi lembaga apa pun, termasuk lembaga bisnis), yang katanya "menyandarkan" pada konsep Islam, namun terjebak pada konsep yang dianggap sebagai "konsep ibadah" yang salah, sehingga profesionalisme dikesampingkan.
Pada lembaga-lembaga ini, prestasi seseorang dianggap tidak layak diperhitungkan, karena dianggap segala sesuatu itu harus dilakukan secara ikhlas dan hanya Allah semata yang akan membalasnya. Pun, kadang-kadang, kesalahan juga tidak pernah diperhatikan, karena manusia merupakan makhluk lemah yang selalu berbuat salah.
Padahal, konsep atau sistem mengenai pekerjaan dalam Islam, adalah konsep profesionalisme, yang menjunjung tinggi keadilan, menghargai kemanusiaan.
Pada beberapa kasus yang pernah saya perhatikan, kebanyakan lembaga-lembaga tersebut "mengeksploitasi" karyawan tanpa memperhatikan kesejahteraan karyawan tersebut, dengan tetap "mengedepankan" konsep ibadah, dan mendoktrin karyawan bahwa segala yang dilakukannya adalah ibadah dan bernilai di sisi Allah SWT. Memang betul, semua yang dilakukan oleh seorang mukmin adalah ibadah, tetapi, ini yang perlu diingat, pernahkah lembaga-lembaga tersebut belajar tentang konsep DHOLIM?
Dholim merupakan lawan dari Adil. Apabila kita definisikan, adil adalah menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Nah, di sinilah titik yang harus kita perhatikan. Untuk berbuat adil, harus ada aturan main yang jelas, yang transparan, dan disetujui oleh kedua belah pihak. Aturan main inilah yang kadang dilupakan oleh lembaga-
lembaga tadi.
Juga, bagaimana dengan konsep shodaqoh? Ada satu kenyataan pahit yang menarik untuk kita pelajari. Seorang pengusaha, yang notabene muslim, sering bersodaqoh terhadap orang-orang lain, di luar karyawan dan kantornya. Tetapi terhadap karyawannya? Pernah terjadi seorang karyawan pada sebuah restoran, karena berkeringat dan tidak ingin membasahi makanan, mengambil tissue untuk mengelap mukanya. Melihat kejadian tersebut, pengusaha tersebut marah besar dan mengatakan bahwa apabila hal tersebut dilakukan dirinya akan rugi. Nah,.... Silakan rekan-rekan menafsirkan sendiri cerita tadi.
Sebetulnya, dalam segala hubungan muamalah, Islam selalu menawarkan konsep win-win solution, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Namun pada masa kini, tampaknya konsep itu telah bergeser ke arah kecenderungan materi, sehingga baik terselubung maupun terang-terangan, kekayaan individual lah yang ingin diraih,
bukan rida dari Allah SWT. Wallahu A'lam Bish Showaf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar