Antara Islam dan Rasio
Dalam sebuah kesempatan, sebelum sholat Ashar, sempat berdiskusi dengan seseorang yang tidak aku kenal sebelumnya. Ia menyatakan tentang kerasionalan Islam. Islam itu rasional, begitu katanya. Namun, yang membuat aku sedikit kaget, kata-kata selanjutnya dari dia, yang menyatakan bahwa Al-Qur'an itu tidak lengkap. Buktinya, di dalam Al-Quran tidak disebutkan di mana Adam diturunkan setelah "diusir" dari Surga. Kemudian, dia beranggapan bahwa, Islam adalah agama yang diturunkan kepada Rasulullah saja. Sedangkan sejak Nabi Adam, agama yang ada bukan Islam namanya. "Itu pemikiran JIL pak," ungkapku seraya pergi karena saat itu adzan Ashar telah berkumandang.
Ada hal yang berkecamuk dalam pikiranku. Hari gini masih ada saja orang yang berpikiran sempit seperti itu. Setelah merenung dan berpikir, akhirnya aku mencapai kesimpulanku sendiri tentang pernyataan-pernyataan tersebut.
1. Tentang Rasionalitas Islam
Perlu dicatat sebelumnya, betul bahwa Islam adalah agama yang rasional dalam konteks "muamalah". Segala sesuatu yang ada di alam ini, semua kejadian yang kemudian ditemukan oleh ilmu pengetahuan akhir-akhir ini, segala bentuk kehidupan yang diteliti oleh pakar di masa sekarang, semuanya sudah disebutkan oleh Al-Qur'an 14 abad yang silam. Padahal, pada saat itu, jangankan pesawat ulang-alik yang membawa astronot ke Mars, teropong pun belum ada. Inilah bentuk kerasionalan Islam. Pada saat orang-orang berpandangan bahwa bumi itu bentuknya datar seperti piring, atau pada saat orang-orang berpandangan geosentris, bahwa bumi yang menjadi pusat dari tata surya ini, Al-Quran telah menyebutkan dengan jelas segala sesuatu yang faktanya kita ketahui hari ini. Rasionalitas Islam akan selalu "match" dan tidak berseberangan dengan ilmu pengetahuan yang ditemukan oleh para pakar. Apabila bertentangan, berarti para pakar itulah yang keliru, yang belum menemukan fakta sesungguhnya tentang penciptaan Allah.
Namun dalam konteks ibadah, menurut saya, Islam tidak bisa dikatakan sebagai agama yang rasional. Apabila Islam dikatakan sebagai agama yang rasional, maka tidak diperlukan keimanan untuk meyakini Islam sebagai Dienul Haq. Tidak diperlukan dakwah, karena seluruh ummat manusia dengan sendirinya akan meyakini kebesaran Allah SWT. Mengapa demikian? Karena, menurut saya, akal atau rasio manusia itu terbatas, sedangkan kemahakuasa-nya Allah tidak terbatas. Diperlukan adanya iman itu, karena akal manusia "tidak sampai" untuk menggapai ilmunya Allah yang Maha Tinggi. Sedangkan apabila manusia semakin berusaha untuk menggapainya, maka kemudian yang akan timbul adalah syirik (ungkapan ini dikatakan oleh Bapakku).
2. Bahwa Al-Quran tidak lengkap dan nama Islam itu hanya untuk Rasulullah SAW
Menurut saya, ini hanya akal-akalan kaum rasionalis untuk menyesatkan kaum muslim. Pada haji wada'nya Rasulullah, Allah telah memfirmankan dalam QS5 Al Maidah:3: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Dengan pernyataan Allah seperti itu, secara langsung maupun tidak langsung, Al-Quran itu telah lengkap, telah sempurna, sebagaimana sempurnanya Islam. Adapun nama Islam, Allah telah menyatakan bahwa Islam itu sudah ada sejak dahulu kala. Hal ini tercermin dalam QS. Al Hajj (22): 78.
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik- baik Penolong.
Dengan ayat tersebut, telah jelas dan tidak perlu dijelaskan lagi tentang nama Islam itu.
1 komentar:
menarik, diskusi yang tidak jelas memang sebaiknya ditinggalkan
Posting Komentar