Terkutuk! Itulah yang mungkin bisa kita ucapkan terhadap orang yang menghina Rasulullah Muhammad SAW. Tak terkecuali pimpinan tertinggi umat Nasrani, Paus. Begitu rendahnya dia sehingga “berani” mengatakan Rasulullah sebagai pembuat inovasi kejahatan.
Dahulu, jika memang Rasulullah mau dan bersedia, Beliau bisa membasmi kaum nasrani secara keseluruhan. Dahulu, jika memang Rasulullah mau dan bersedia, Beliau bisa memaksa seluruh kaum untuk mengikuti ajaran Islam. Tetapi apa yang kita lihat dari sejarah? Masih ingatkah kita dengan sejarah Fathul Makkah? Dimana pada saat itu kaum Muslimin berjaya dan orang-orang kafir tertunduk dan kalah? Apa yang dilakukan oleh Rasullulah? Beliau tidak memaksa orang-orang kafir untuk mengikuti ajaran Islam. Beliau tidak memerintahkan tentaranya untuk membasmi orang-orang yang sudah kalah perang. Pun, Beliau tidak berdoa supaya Allah membinasakan kaum kafir tersebut. Padahal pada saat itu, Beliau punya kuasa dan sangat bisa sekali apabila hendak melakukannya.
Subhanallah, betapa mulia akhlak Rasulullah. Betapa mulia akhlak manusia pilihan itu, yang meskipun dilempari batu, diludahi, dicaci maki, disiksa, dan lain sebagainya, tetapi tidak menaruh dendam sama sekali. Sehingga, pada saat Beliau mempunyai kesempatan, pada saat Beliau mempunyai kekuatan, tidak sedikit pun Beliau manfaatkan untuk pembalasan dendam. Maha Suci Allah yang telah menjaga Rasul-Nya dari sifat-sifat tercela.
Mungkin perlu saya tulis sebuah kisah menarik yang hanya merupakan salah satu contoh dari mulianya akhlak Rasulullah SAW. Pada saat itu, di sebuah tempat di Makkah, terdapat seorang pengemis buta yang selalu meneriakkan “Bunuh Muhammad! Hancurkan dia”. Setiap hari, dia selalu meneriakkan kata-kata tersebut. Tetapi setiap hari pula, selalu datang orang yang tak dikenalnya, yang memberikan makanan kepadanya, menyuapinya dengan perasaan kasih sayang, yang bahkan, karena orang tersebut sudah tua, sebelum disuapkan makanan, dikunyahnya terlebih dahulu supaya bisa ditelan oleh orang tua itu. Suatu hari, orang tua tersebut merasakan sesuatu yang lain daripada biasanya. Maka bertanyalah ia kepada orang yang menyuapinya itu. “Anda bukan orang yang biasa memberikan makanan kepada saya. Dia biasanya memberikan makanan dengan lembut kepada saya. Sebelum disuapkannya, selalu dikunyah terlebih dahulu makanan tersebut supaya bisa saya telan. Kemanakah orang yang biasa memberikan makan kepada saya?” tanya pengemis tua tersebut. “Beliau sudah wafat,” jawab Abu Bakar. “Jika begitu, siapakah engkau wahai tuan?” “Aku Abu Bakar,” jawab Abu Bakar. “Wahai tuan Abu Bakar, siapakah sebenarnya yang datang setiap hari memberikan makanan untukku?” tanya pengemis tua itu. “Beliau adalah Rasulullah Muhammad SAW,” jawab Abu Bakar. Begitu kata-kata itu disebutkan oleh Abu Bakar, tersentaklah hati orang tua itu. Dia begitu tidak percaya bahwa orang yang selama ini diterakkannya untuk dibunuh, ternyata orang itu juga yang memberikan makanan untuknya setiap hari. Dia menangis tersedu-sedu. “Wahai Abu Bakar, saksikanlah, Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah”.
Dari kisah tersebut bisa kita petik hikmah betapa mulianya hati seorang Rasul Muhammad SAW. Kisah tersebut hanya merupakan satu dari sekian ribu banyak kisah yang mungkin pernah kita dengar. Untuk menegakkan agama Allah saja, Rasul tidak pernah menggunakan kekerasan, bagaimana bisa orang-orang yang tidak berakal itu menyebut Rasulullah sebagai inovasi kejahatan?
Mungkin tepat apa yang dikatakan oleh tokoh Islam radikal yang dianggap sebagai teroris oleh orang-orang Barat, Osama bin Laden. “Kami tidak menyerang. Tetapi kami menyerang setelah kami diserang. Kami tidak mau tinggal diam. We love deaths, but US love live. That the big difference between us!”
Recent Comments