Masjid Agung Sudirman
Entah mengapa, aku selalu merindukan masjid ini. Ada suatu pusaran energi positif yang terpancar dari masjid ini yang membuatku selalu ingin sholat berjamaah di dalamnya. Entah karena masjidnya yang luas, atau karena tiangnya yang banyak, atau entahlah.... Yang pasti aku rasakan, jika terlalu lama berpisah dan tidak sholat di masjid ini ada kerinduan mendalam untuk kembali ke dalamnya.
Terletak di pusat kota, masjid ini memang agak tersembunyi letaknya. Meskipun untuk masyarakat Denpasar dan sekitarnya, masjid ini sudah cukup terkenal. Tak kurang dari Aa Gym pernah memberikan ceramah di masjid ini. Masjid ini cukup luas untuk menampung ribuan jamaah. Bahkan, apabila diperlukan, halaman parkir masjid ini cukup untuk menampung sekitar 3000-an jamaah. Itu baru prediksiku lho, mungkin bisa juga lebih.
Biasanya hanya 2 waktu yang aku bisa sempatkan untuk sholat berjamaah di masjid ini, Dhuhur dan Ashar. Ya, masjid ini terletak dekat dengan kompleks perkantoranku. Dekat dengan tokoku, sehingga hanya siang dan sore hari saja aku sempat ke sana. Terkadang, sholat Shubuh aku sempatkan juga ke sana, tapi tidak bisa rutin.
Oh ya, satu hal yang menarik dari masjid ini adalah jamaahnya. Setiap kali sholat wajib 5 waktu, selalu penuh dengan jamaah. Tak kurang dari 50 orang setiap harinya sholat berjamaah di masjid ini. Apabila telah memasuki bulan ramadhan, bisa sampai 200-an orang jamaah subuhnya. Hebat bukan!
Ada 2 orang Imam reguler yang biasanya mengimami di masjid ini. Sayang, sampai saat ini aku belum pernah "menanyakan" namanya, meskipun sering berinteraksi di dalam masjid ini. Seorang bapak yang sudah tua, nah... Bapak ini kalau mengimami tidak terlalu cepat. Aku suka dech. Masih ada cukup waktu untuk membaca iftitah dan surat Al-Qur'an setelah Al-Fatihah. Yang satunya lagi, masih muda. Ya, mungkin karena masih muda itulah, mas Ustadz ini kalau mengimami selalunya cepat. :D Kalau sudah beliau yang mengimami, aku biasanya melepaskan do'a Iftitah, takut tidak terburu membaca Al-Fatihah. Seperti yang aku bilang tadi, biasanya aku sholat Dhuhur dan Ashar di sana, sehingga semua bacaannya di sirr-kan.
Hal yang menarik di masjid ini juga, hampir setiap ada kumpulan orang, entah sebelum atau sesudah sholat jamaah, pasti akan terjadi sebuah diskusi yang menarik. Diskusi mengenai semua hal, bukan hanya diskusi agama saja, meskipun sebagian besarnya diskusi agama. Bahkan, seperti yang sempat aku tulis sebelumnya, pernah juga aku berselisih paham dengan seseorang pada saat berdiskusi tersebut. (Baca artikel: Antara Islam dan Rasio).
Ya, tak mudah memang melupakan tempat yang aku anggap sebagai rumah sendiri itu. Ada salam hangat. Ada perdebatan seru. Ada pertanyaan yang tersampaikan saat beberapa hari aku tak datang. Ada senyum menyejukkan hati dari sesama saudara muslim. Ada suara adzan yang menderu mendayu-dayu. Ada jamaah yang bershaf rapi, mengikuti imam dengan khusuknya. Ada jabat tangan erat. Ada dzikir yang selalu berkumandang. Ada yang pula yang tiduran sambil baca artikel. :)
Ah... memang mungkin masjid ini adalah rumah ketiga bagiku setelah rumah tinggal dan kantorku. Aku selalu rindu masjid ini.
Terletak di pusat kota, masjid ini memang agak tersembunyi letaknya. Meskipun untuk masyarakat Denpasar dan sekitarnya, masjid ini sudah cukup terkenal. Tak kurang dari Aa Gym pernah memberikan ceramah di masjid ini. Masjid ini cukup luas untuk menampung ribuan jamaah. Bahkan, apabila diperlukan, halaman parkir masjid ini cukup untuk menampung sekitar 3000-an jamaah. Itu baru prediksiku lho, mungkin bisa juga lebih.
Biasanya hanya 2 waktu yang aku bisa sempatkan untuk sholat berjamaah di masjid ini, Dhuhur dan Ashar. Ya, masjid ini terletak dekat dengan kompleks perkantoranku. Dekat dengan tokoku, sehingga hanya siang dan sore hari saja aku sempat ke sana. Terkadang, sholat Shubuh aku sempatkan juga ke sana, tapi tidak bisa rutin.
Oh ya, satu hal yang menarik dari masjid ini adalah jamaahnya. Setiap kali sholat wajib 5 waktu, selalu penuh dengan jamaah. Tak kurang dari 50 orang setiap harinya sholat berjamaah di masjid ini. Apabila telah memasuki bulan ramadhan, bisa sampai 200-an orang jamaah subuhnya. Hebat bukan!
Ada 2 orang Imam reguler yang biasanya mengimami di masjid ini. Sayang, sampai saat ini aku belum pernah "menanyakan" namanya, meskipun sering berinteraksi di dalam masjid ini. Seorang bapak yang sudah tua, nah... Bapak ini kalau mengimami tidak terlalu cepat. Aku suka dech. Masih ada cukup waktu untuk membaca iftitah dan surat Al-Qur'an setelah Al-Fatihah. Yang satunya lagi, masih muda. Ya, mungkin karena masih muda itulah, mas Ustadz ini kalau mengimami selalunya cepat. :D Kalau sudah beliau yang mengimami, aku biasanya melepaskan do'a Iftitah, takut tidak terburu membaca Al-Fatihah. Seperti yang aku bilang tadi, biasanya aku sholat Dhuhur dan Ashar di sana, sehingga semua bacaannya di sirr-kan.
Hal yang menarik di masjid ini juga, hampir setiap ada kumpulan orang, entah sebelum atau sesudah sholat jamaah, pasti akan terjadi sebuah diskusi yang menarik. Diskusi mengenai semua hal, bukan hanya diskusi agama saja, meskipun sebagian besarnya diskusi agama. Bahkan, seperti yang sempat aku tulis sebelumnya, pernah juga aku berselisih paham dengan seseorang pada saat berdiskusi tersebut. (Baca artikel: Antara Islam dan Rasio).
Ya, tak mudah memang melupakan tempat yang aku anggap sebagai rumah sendiri itu. Ada salam hangat. Ada perdebatan seru. Ada pertanyaan yang tersampaikan saat beberapa hari aku tak datang. Ada senyum menyejukkan hati dari sesama saudara muslim. Ada suara adzan yang menderu mendayu-dayu. Ada jamaah yang bershaf rapi, mengikuti imam dengan khusuknya. Ada jabat tangan erat. Ada dzikir yang selalu berkumandang. Ada yang pula yang tiduran sambil baca artikel. :)
Ah... memang mungkin masjid ini adalah rumah ketiga bagiku setelah rumah tinggal dan kantorku. Aku selalu rindu masjid ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar